Selasa, 30 April 2019

Teknologi informasi

PEMAPARAN PANDANGAN
DAMPAK PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP BIDANG SOSIAL BUDAYA




NAMA: MUHAMMAD RIZAL
NIM: C1D318097
KELAS GANJIL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN JURNALISTIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019



Dampak Perkembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Bidang Sosial Budaya
Kehadiran globalisasi dapat merubah kehidupan suatu bangsa. Perubahan globalisasi dapatdilihat diberbagai bidang kehidupan salah satunya dalam bidang sosial budaya. Dalam sebuah proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi yaitu dimensi ruang dan dimensi waktu.
Dimensi ruang dapat dikatakan sebagai sebuah jarak baik itu dekat maupun jauh sedangkan waktu dilihat dari interaksi hal ini tentu saja tidak dapat terlepas dari pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 
Perubahan teknologi komunikasi dewasa ini membawa banyak perubahan sosial dan budaya. tidak hanya terjadi perubahan pola fikir dalam menyikapi sesuatu, namun juga berdampak pada perubahan perilaku secara sosial. TIK memegang peranan yang sangat besar terhadap aktivitas kehidupan masyarakat. Dalam hal sosial dan budaya TIK yang tak sedikit, baik dampak positf maupun dampak negatif.
Setiap masyarakat selalu mengalami perubahan sepanjang masa. Perubahan itu ada yang samar, ada yanng mencolok, ada yang lambat, ada yang cepat, ada yang sebagian atau terbatas, ada yangmenyeluruh. perubahan dapat berupa perubahan pergeseran nilai sosial, perilaku, susunan organisasi, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan wewenang dan sebagainya. Semua perubahan itu ada yang maju (progress) dan ada pula yang mundur (syahrial syarbaini dan Rusdiyanta,2009:135)
Beberapa pengaruh negatif terhadap kemajuan TIK dalam bidang sosial budaya:
Kemerosotan moral
Kemajuan teknologi membuat berbagai kalangan masyarakat terutama kalangan anak-anak, remaja dan pelajar yang mengalami kemerosotan moral. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang dikalangan para remaja. Diantaranya: Longgarnya pegangan seseorang terhadap ajaran agama, sehingga hilangnya kekuatan pengontrol diri, dengan demikian satu-satunya yang dapat menjadi pengawas dan pengatur moral adalah hukum dan peraturannya. Namun seperti biasanya pengawasan itu tidak sekuat pengawasan dari diri sendiri.

Jika setiap orang teguh pada ajaran agamanya maka tidak diperlukan pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga diri sendiri sehingga tidak ada keinginan untuk melanggar hukum-hukum serta ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Yang kedua, kurang efektifnya pembinaan moral yang didapat didalam rumah, sekolah maupun masyarakat. Saat ini banyak pembinaan moral yang dilakukan oleh pihak masyarakat dilakukan dengan cara yang salah dan kurang efektif, sehingga nilai-nilai yang didapatkan oleh keluarga,sekolah maupun masyrakat tidak tebenar-benar tertanam pada diri seorang anak.
Bahkan ketiga lembaga tersebut sering bertolak belakang, tidak seirama dan tidak kondusif bagi pembinaan sebuah moral. ketiga, drasnya arus budaya matrealistis, hal ini diduga termasuk faktor yang paling besar pengaruhnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi pada umumnya.
Kenakalan remaja
Tindakan menyimpang yang terjadi dikalangan masyarakat semankinterang-terang terjadi dan terus menerus semnakin meningkat, dimana tradisi-tradisi yang ada dimasyarakat semankin memudar karena tergantikan oleh kehadiran TIK berupa media sosial. sepertiyang kita ketahui kehadiran media sosial semankin memudahkan remaja mengakses sebuah situs, video, foto yang seharusnya tidak dilihat.
Hal ini tentu dapat mempengaruhi pola pemikiran remaja karena otak dapat dengan mudah merekam apa saja yang kita lihat. salah media sosial yang saat ini terlalu mudah untuk diakses seluruh masyarakat dari kalangan anak-anak hingga dewasa adalah facebook, dimana seperti salah satu contoh sebuah foto anak sd yang memposting foto yang mesra dengan pasangan nya yang sama-sama menduduki bangku sd, hal ini tentu mempengaruhi bagi siapa saja yang melihatnya sehingga menimbulkan sikap meniru dari siapapun yang melihat.
Pola interaksi manusia yang berubah karena adanya kehadiran sebuah komputer dan laptop yang ada pada kebanyakan kalangan masyarakat menengah kebawah maupun menegah keatas yang telah merubah pola interaksi keluarga.
Komputer maupun laptop yang dapat disambungkan dengan handphone telah membuka peluang bagi siapa saja untuk bisa berhubungan dengan dunia luar. ditambah lagi dengan adanya internet yang mampu membuat siapa saja betah berlama-lamba berada didepan komputer /laptop. Melalui program internet relay chatting (IRC) anak-anak bisa dengan mudah mengobrol dengan teman dan orang asing yang berada diluar Indonesia kapan saja.
TIK tidak selamanya memiliki pengaruh yang negatif terhadap masyarakat, ada juga beberapa pengaruh positif kemajuan TIK pada aspek budaya, yaitu informasi yang ada dimasyarakat dapat dengan mudah dan langsung dipublikasi dan diterima oleh masyarakat sehingga hubungan sosial antar masyarakat dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja.
Kemunculan TIK yang membantu pengolahan informasi masyarakat, dapat memberikan pelajaran baru bagi masyarakat mengenai tradisi-tradisi serta kehidupan sosial yang berada diluar dari wilayahnya, tentu saja hal ini menjadi media pembelajaran bagi masyarakat untuk mempelajari teknologi dengan benar sehingga dapat berguna bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. 
Kasus pemanfaatan teknologi yang dilakukan di desa cyber Taman Sari Yogyakarta, terkait dengan kelompok masyarakat, harus diakui bahwa pemanfaatan TIK saat ini masih terkena imbas dari isu bias gender. Negara negara berkembang, salah satu kendala yang dihadapi perempuan dibandingkan dengan laki laki adalah terkait dengan penggunaan dan akses terhadap TIK. Banyak faktor baik teknis, sosial maupun budaya yang membatasi akses perempuan dalam memanfaatkan TIK sebagai sarana pengembangan dan pemberdayaan (Terry dan Gomez,2011).
Terry dan Gomez  menjabarkan beberapa hambatan yang menyebabkan banyak perempuan di negara negara berkembang kesulitan untuk memperoleh akses dan memanfaatkan TIK. Selain permasalahan infrastruktur dan konektivitas, hambatan yang sering dihadapi oleh para perempuan adalah masalah ketersediaan waktu dan biaya. Hal ini terkait dengan peran perempuan di negara berkembang yang mayoritas masih mengutamakan peran sebagai ibu rumah tangga, sehingga semua waktunya banyak digunakan untuk mengurus anak dan keluarga. Hambatan selanjutnya adalah adanya kesenjangan konten informasi yang relevan bagi perempuan.
Sering kali konten yang tersedia di Internet tidak relevan dengan keadaan dan kondisi perempuan seperti kurangnya konten lokal yang dipahami oleh perempuan maupun hambatan penggunaan bahasa yang relatif didominasi oleh bahasa asing. Hambatan tersebut memiliki
kaitan erat dengan hambatan selanjutnya yaitu rendahnya tingkat pendidikan dan literasi dari perempuan di negara berkembang.
Salah satu faktor utama pada hambatan ini adalah terkait dengan pelatihan penggunaan TIK yang masih kurang atau kadang kala tidak ada sama sekali yang diperuntukan khusus bagi perempuan. Masih dari Terry dan Gomez, hambatan yang terakhir adalah masalah norma dan persepsi masyarakat. Masih banyak perempuan yang merasa tidak percaya diri dan perlu memanfaatkan TIK dikarenakan masih berkembangnya persepsi bahwa TIK selalu berkaitan dan didominasi oleh kaum pria.
Maka dari itu peran sosial-budaya sangat berpengaruh akan dampak perkembangan TIK terhadap kesetaraan gender. Salah satu contoh adalah terbukanya kesempatan bagi para pelaku industri rumah tangga untuk dapat memperluas pasar penjualan barang-barang kerajinan tradisional dengan memanfaatkan situs internet di negara berkembang.
Jika barang kerajianan tersebut tembus mencapai luar negeri maka semankin positif pula dampak perkembangan TIK. Sudah seharusnya budaya akan mengenai wanita berada dirumah dan tidak perlu menerima perkembangan teknologi sedikit demi sedikit bekurang agar terjadinya kesetaraan gender yang dapat memajukan negara berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar